top of page

Terbang dengan Japan Airlines, Worth Trying or Not?

Updated: Oct 6, 2020

DISCLAIMER: Sebenarnya agak malas menulis recently, karena lagi nggak bisa kemana-mana lagi covid begini & takut baper juga kalo diinget-inget lagi. 🤭 But, all of these posts are just for keeping the fun and good memories buat Arkha pas gede nanti sekaligus a guide for the readers in the future, so here it is.

_________

Memilih pesawat jadi salah satu yang vital buat kita, orang tua yang bepergian dengan toddler. Yang pernah pergi sama balita, pasti paham banget nih kenapa jadi one of our top concerns during this trip.


Ada beberapa hal yang jadi concerns kita:

  • Durasi. Pastilah, karena terbang itu melelahkan (baik buat bocahnya, maupun orang tuanya). Jadi pasti pengen yang durasinya paling singkat & direct flight alias tanpa transit.

  • Maskapai. Tentunya low-cost carrier (LCC) bukan pilihan walaupun murah. Durasi tempuh yang cukup jauh, seat yang kurang nyaman, keterbatasan entertainment, dan ketiadaan makanan bisa jadi sumber crankiness buat bocah piyik ini.

  • Bagasi. Karena travelling dengan balita itu bagaikan pindah rumah, saudara-saudara. Jadi cari yang menawarkan bagasi besar. Plus, karena pulangnya koper-koper pasti pada beranak-pinak kan ya.


Nah, berhubung aku dan suami baru pertama kali ini considering non-LCC karena perjalanan jauh dengan anak (biasanya kita hardcore fans-nya LCC juga kok), kita sempat bimbang memilih nih antara JAL dan ANA (karena Garuda waktu itu harganya beda tipis sama 2 maskapai Jepang ini, and you know-lah Garuda gimana). Ditambah hasil riset dan testimoni dari temen-temen, akhirnya kita putuskan naik JAL.


Worth it atau nggak-nya, balik lagi ke pribadi masing-masing. Buat kami, it’s def worth it, baik dari segi:


Durasi:

Sekitar 9+ jam untuk keberangkatan, kita pilih overnight flight (walaupun agak deg-degan juga, takut Arkha nggak bisa tidur & mengganggu penumpang lain. Tapi Alhamdulillah tidak terjadi). Dan 6+ jam untuk kepulangan dengan flight sore (sampai Indo tengah malam). Both direct flight.


Seat & Service:

Berangkatnya memorable banget sih, karena kita dapat airbus seat 3-4-3 super gede gitu, Arkha happy abis. Minusnya, kita nggak bisa pilih seat di awal booking, jadi sebenarnya udah pasrah aja kalo dipisah (pengalaman beberapa kali naik Garuda, rencananya kita mau memelas aja sama sebelah biar dikasih tukeran, hihihi) Tapi, alhamdulillah ternyata kita dapat seat tengah (4 seat) dan pramugarinya mindahin bapak-bapak di sebelah Akbar supaya kita dapat the whole row for ourselves, dan Arkha bisa tidur rebahan. How thoughtful! Terhura aku tuh.

Kid sleeping JAL
Tidur nyenyak di pesawat, terima kasih tante pramugari!

Kita juga lihat sendiri ada ibu-ibu Jepang yang duduk di depan kita terbang sendirian dengan 3 anak balita super rempong tapi dibantuin gendong & entertained sama pramugarinya. Gokil ya, baik si ibu ataupun para pramugarinya! 🤩🤩🤩


Meals & entertainment:

Salah satu kelebihan JAL adalah menu makanan dari chef-chef terkenal di Jepang, apalagi baru-baru ini mereka baru aja merilis menu halal. Minuman juga lengkap, yang haram-haram juga ada. 🤭 Semua free flow. Entertainment juga lengkap, segala genre film & tv series ada.


HACK TIPS:

Sebisa mungkin, hindari peak season.

Low season di Jepang itu summer & winter karena temperaturnya lumayan ekstrem, either panas banget atau dingin banget. Pengalaman kita riset kemarin, mid-to-late November paling cocok buat orang Indonesia, karena dinginnya pas tapi udah mau masuk winter gitu jadi harganya turun.


Beli jauh-jauh hari.

Sambil menunggu promo di berbagai ticketing apps (iya harus rajin-rajin compare ya, biar gak nyesel), sekalian ngasih waktu untuk 'napas' buat nambah budget hura-hura di sana. Katanya 6-8 bulan sebelum keberangkatan tuh ideal kalau mau nyari tiket murah. Dan emang bener, kita pesan 6 bulan sebelum keberangkatan.


Strategi koper.

Ini kesalahan kita yang nggak perlu ditiru. Khusus JAL (nggak tau kalo ANA ya), mereka itu punya bagasi 2 x 23 kg per person. Asumsiku ini sama kayak Garuda atau SQ yang jumlahnya akumulatif, harusnya kita punya jatah 138 kg bertiga kan. NOPE. Kalo naik JAL, literally per barang itu tidak boleh melewati angka 23 kg. Jadi kita sempet bayar excess waktu berangkat. So, make sure your luggage is not heavier than 23 kg. Pulangnya gue siasatin beli tas tambahan & wrapped di airport.


Hitung lagi jumlah tentengan.

Jangan bawa banyak tentengan di kabin & jadikan satu semua barang perintilan. Karena saat kita capek, resiko skip-nya tuh lebih gede. Kalo perlu, beli totebag di airport, trus masukin semua barang perintilan ke situ. Karena kita sempat beli cookies pikachu in a tin box, dan beberapa souvenir kecil-kecilan gemes banget gitu, tapi sayangnya ketinggalan di pesawat. 😢

_________


Jadi, kalo ada rencana trip ke Jepang bareng balita, coba deh at least once in your life, dianggarin lebih buat pesawat. It’s definitely worth trying. Total tiket kami bertiga saat itu Rp 19,741,195 bertiga. Kalau di-rata-rata Rp 6,580,398. Way cheaper than the normal price starting from Rp 10,500,000 per orang. Oh iya, waktu itu belinya di sini, pas autumn promo ya!


PREVIOUS: How to get more 'cuan' ke Jepang! 🤑🤑 NEXT: Kembali ke masa kecil di Ghibli Museum, rumahnya Totoro!



Neycit

23 views0 comments
bottom of page