top of page

The Subektis was having Covid-19 test

I know this sound scary as hell.


Kami pun juga shock waktu dapat kabar harus menjalani tes untuk Corona virus kemarin, dengan alasan satu dan lain hal yang nggak bisa aku reveal, karena yang kami tahu semuanya serba seram di masa yang sulit ini.


Kami memutuskan untuk menjalani tesnya di RS Siloam Simatupang. Sampai di RS, kami harus menjalani screening interview di depan RS, kami ditanya pertanyaan-pertanyaan seperti "Kapan terakhir melakukan perjalanan ke luar negeri?", "Kapan kontak terakhir dengan orang-orang luar dari negara terjangkit?", "Apakah saat ini batuk, radang tenggorokan, sesak napas, dll?" Setelah tahap screening, kami dibawa menuju ruangan khusus tes Covid-19.


Kondisi di dalam tenda Covid-19

Semakin kaget setelah mengetahui kami gak akan dites di dalam rumah sakit, tetapi di dalam tenda yang di dalamnya seperti barak militer di belakang rumah sakit.


Dan tidak semudah swab test, sadly because Indonesia cannot afford it yet, the doctor said.


Jadi jangan dibayangkan semudah di Korea Selatan, ya. Di dalam tenda hanya terlihat 1 dokter dan 1 perawat yang stay, yang mondar-mandir sekitar 2-3 orang. Tetap di dalam kami sebisa mungkin menjaga personal hygiene dan social distancing, walaupun sulit ya karena Arkha belum paham kedua konsep itu. Di dalam tenda, kami ditanya lagi dengan dokter seputar riwayat kesehatan dan sindrom apa yang kami rasakan saat ini. Setelah wawancara, darah kami diambil untuk dilakukan tes darah.


Sambil menunggu hasil lab keluar, kami harus melakukan Thorax scan dengan MRI. Iya termasuk Arkha. Duh, PR banget deh ini beneran. Sampe-sampe, Arkha viral di sekitar RS karena terlalu lama di dalam. Tapi alhamdulillah kita semua berhasil diambil gambarnya dengan baik, walaupun pake drama, ya...

Covid-19 form indonesia
Formulir ODP dari RS

Setelah semua hasilnya keluar, dokter di dalam tenda tadi akan menjelaskan hasilnya dan perawat akan membantu sosialisasi, termasuk status ODP kami. Iya, semua yang masuk tenda dan dinyatakan sehat akan berstatus Orang Dalam Pengawasan, yang intinya kami harus self-quarantine dan menjaga kesehatan, menerapkan personal hygiene, dan mengisi formulir ODP setiap hari selama masa karantina. Alhamdulillah kami sehat dan berstatus ODP. There's absolutely no need to worry about the status.


Oh iya, menjelaskan singkat aja, jadi untuk kasus epidemik Corona di Indonesia, pemerintah membagi jadi 3 kategori: ODP, PDP, Positive. ODP adalah orang-orang sehat yang diwajibkan melakukan self-quarantine, PDP adalah orang-orang yang memiliki gejala Covid-19 (seperti salah satunya, di thorax scan-nya ada gambaran ground-glass opacity, dll.), status paling atas adalah positif yang setelah melakukan swab test (dicolok hidungnya), dinyatakan positif bervirus Covid-19.


Despite of all the dramas (bayangkan sekitar 8 jam kami di RS, tentu Arkha kami ungsikan di mobil akhirnya), we respect every single effort of our medical workers. We salute you and never forget your devotion to us all. Memang situasi seperti sekarang, we have to prepare for the worst, tapi kalau bisa (please!) jangan sampai sakit. Karena kita bukan tinggal di negara yang 'mudah', if you know what I mean.


Untuk biayanya, di RS Siloam Simatupang totalnya Rp 2,379,000, tapi bisa di-cover oleh asuransi yang kami miliki, AdMedika. IDK about the others or BPJS.


I am sure this too shall pass. Semangat!! 💪💪

コメント


bottom of page